Thursday, 9 October 2014

Bunga Matahari











Sebelum pagi datang, aku masih ingat apa yang kau bicarakan kepadaku, Tentang sebuah musim. Kepulanganmu adalah hal yang begitu Mitos.

Hidup itu seperti sebuah Peluk, memelukmu adalah cara lain agar aku tak lagi rindu kepadamu. Sampai kali ini perasaanku tak bisa menemukan jalan pulang. Seharusnya tak perlu menunggu lebaran untuk berpulang ke kampung halaman, ini sebuah perasaan. Yang sedang mencari jalan untuk berpulang.

Secangkir kopi telah datang dengan asap yang masih mengumpal ke langit-langit, aku memesan secangkir kopi cappuccino, menurutku kopi cappuccino itu seksi. Entah kenapa aku menyukainya. Sepertinya aku telah jatuh cinta sama sesuatu yang kau sukai, walau kau telah pergi entah kemana. di sudut kafe aku melihatnya, melihat sepasang mata yang bersembunyi dibalik rambutnya. Dengan sebaris giginya yang rapih, tak perlu begitu lama aku menyukainya. Aku Jatuh cinta ?, sudah sekian lama perasaanku tak seperti ini. Seluruh kupu-kupu di dalam jantungku mulai berterbangan hingga menuju pikirku. 

Aku dan seseorang di dalam kepalaku mulai membicarakannya.
Tiba-tiba tubuhku mematung hanya sepasang mataku yang bekerja memperhatikannya. Anak angin memainkan seluruh juta’an rambutnya yang hitam menyala. Terlihatlah sepasang matanya. Seseorang dalam kepalaku memerintahkanku untuk mendekatinya, dengan langkah yang begitu pelan aku menghampirinya. Seluruh kupu yang tadi terbang hingga menuju pikirku mencoba keluar dari mulutku.

“ Hey. “, setelah itu juta’an kupu-kupu keluar dari mulutku berterbangan kesana-kemari.

Wanita itu melihatku dengan cukup lama, tanpa aku duga wanita itu membalasnya dan satu lagi yang membuatku jatuh cinta. lesung di pipinya.

Saat itu juga aku mulai menemukan jalan untuk berpulang. Di sosok Desmiati aku memulangkan seluruh perasaanku.

2 comments

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes