
Sasa
mempercepat langkah kakinya menuju gerbang sekolah. Pada suatu malam, terjadi
pertengkaran hebat antara ayah dan ibu Sasa dan pertengkaran berakhir dengan
kalimat ‘Cerai’ dan membuat kensunyian didalam keluarga mereka sampai ke
pengadilan. Pada akhirnya orang tua Sasa berpisah dan Sasa tinggal bersama
ibunya, sebenarnya Sasa dari kecil hanya dekat dengan sang Ayah. Sedangkan sang
Ibu lebih memilih dirinya sendiri ketimbang Sasa. Hanya karna Ayahnya yang
membuat Sasa menjadi seperti ini, menjadi anak yang berbakat.
Sasa
berlari menuju lorong sekolah dan mencari kelasnya satu persatu. Tanpa
disengaja Sasa menabrak seseorang yang sedang berjalan, sehingga membuat Sasa
terjatuh. Sasa bangkit dan memohon maaf pada orang yang telah ditabraknya tadi.
“Kamu
kira permohonan maafmu akan kukabulkan? Tidak segampang itu gadis liar!”
ucapnya sambil menatap tajam Sasa. Sasa terkejut saat mendengar ucapan dari
lelaki tersebut. Dia dipanggil oleh lelaki tersebut dengan panggilan ‘gadis
liar’ Sasa kembali menatap tajam mata lelaki itu dan mulai menjulurkan
lidahnya.
“Aku
juga tidak akan butuh balasan darimu!” ucap Sasa tegas sambil menjulurkan lidahnya
dan kembali berlari mencari ruang kelasnya. Sehingga Sasa telat masuk jam
pelajaran. Dia berjalan menuju bangku dekat taman, dan seorang lelaki datang
menemuinya
“Hai,
kau anak baru kan? Susah cari ruangan ya? Gedung disini memang sama semua”
tanyanya. Sasa mengangguk setuju dan mulai memangku dagunya di atas meja.
“Aku
Ferro, bagaimana kalo kita cari kelasmu bersama?” ucapnya mulai mengandeng
tangan Sasa dan menuntunnya mencari kelasnya. Di pertengahan jalan mereka
saling mengobrol bersama. Tentang kenapa dia bpindah, dan sebagainya.
Sesampainya di ruangan Sasa.
TOK
TOK TOK... Ferro mengetuk pintu dan masuk kedalam, terlihat guru sedang
mengajar pelajaran bahasa didalam kelas, lalu sang guru tersenyum saat menatap
Sasa, disuruhnya Sasa masuk kedalam kelas dan memperkenalkan diri. Ferro
menutup pintunya dan kembali berjalan meninggalkan kelas.
Selesai
Sasa memperkenalkan dirinya, terdengarlah suara lantang dan membuat Sasa
terkejut.
“Kau
lagi?!” ucapnya, Sasa melongo. Ternyata Sasa harus sekelas dengan lelaki yang
baru saja diabraknya tadi. Sang guru tersenyum bahagia melihat Sasa dan lelaki
tersebut.
“Ternyata
kalian sudah saling kenal yah? Kau bisa duduk di sebelahnya, panggil saja Nando”
ucap sang guru sambil menyuruh Sasa duduk disebelah Nando. Lelaki yang
ditabraknya tadi. Sasa berjalan menuju bangku sebelah Nando dan mendudukinya.
“Kenapa
kau harus disini?” ucap Nando berbisik ke arah Sasa, Sasa hanya menatap Nando
beberapa detik lalu menjulurkan lidahnya.
“Ini
diluar dugaanku!” ucap Sasa, Nando menggertak kepala Sasa dan membuat Sasa
merintih kesakitan. Sasa kembali menjulurkan lidahnya dan memalingkan wajahnya
dari Nando. Dan akhirnya mereka melanjutkan pelajaran mereka dengan satu murid
baru. Beberapa jam kemudian bel istirahatpun berbunyi.
Mereka langsung
mendekati Sasa, dan memperkenalkan diri. Sasa tersenyum bahagia. “Ayah ibumu
kerja dimana?” salah satu dari mereka bertanya, Sasa hanya diam dan mengingat
kejadian pertikaian antara ayah dan ibunya. Tanpa sadar Sasa meneteskan air
matanya dan itu membuat teman teman Sasa terkejut. Dengan cepat Sasa mengusap
air matanya. Nando hanya diam menatapnya.
Berbulan
bulan Sasa slalu menjadi korban kekejaman Nando di kelasnya. Dan itu membuat
beberapa temannya menganggap bahwa mereka berpacaran. Dan itu membuat Ferro
untuk mendekatinya.
“Gimana
kalo nanti kita nonton?” tanya Ferro menyikut lengan Sasa. Lalu datanglah
Nando.
“Fer,
nanti ada rapat organisasi” Ferro hanya menghela nafas dan mengangguk. Sasa
hanya diam melihat Ferro. Nando hanya menjulurkan lidahnya kea rah Sasa, dan
itu membuat Sasa mengerutkan keningnya.
Bsoknya,
Ferro datang kerumah Sasa untuk mengajaknya berangkat bersama, ini pertama
kalinya Ferro mengajak Sasa untuk berangkat sekolah bersama.
“Tumben
ngajak berangkat bareng?” tanya Sasa, Ferro hanya menggaruk kepalanya dan
tertawa.
“Cuman
pengen deket aja sama kamu” jawabnya, dan membuat kedua pipi Sasa merona merah.
Sesampai
di kelas, Ferro menepuk pundaknya dan pergi meninggalkannya. Sasa diam dan
tersenyum, lalu datanglah Nando.
“Naksir
sama Ferro?” tanya Nando tiba-tiba. Sasa hanya memajukan bibirnya dan pergi
masuk ke dalam ruangan.
Di
saat jam pelajaran, Nando menyikut lengan Sasa dan menaikkan satu alisnya. Sasa
hanya diam mengerutkan keningnya. Nando menggeleng lemah.
“Dasar
bego! Maksudnya, aku nunggu jawabanmu tadi. Naksir Ferro kan? Udah deh jujur
aja” Sasa hanya menggeleng dan menjulurkan lidahnya.
“Apaan
sih” lalu Sasa melanjutkan membaca bukunya. Nando hanya memangku dagunya dan
menatap Sasa terus menerus.
Di
akhir tahun, setiap sekolah mengadakan pesta tahun baru di sekolah. Dan
tentunya, Nando sebagai ketua organisasi sangatlah sibuk untuk mengatur segala
tentang pesta tahun baru di sekolahnya. Hingga dia menginap di sekolah untuk
membuat pesta itu begitu meriah.
“Nanti kamu pake
gaun warna apa?” tanya Lala menatap Sasa yang sedang membaca novel.
“Aku punyanya
gaun merah. Dan itu pendek banget” keluh Sasa sambil menutup buku novelnya.
“Nanti itu
katanya ada pesta dansa loh! Dan kita dateng itu harus bawa pendamping sendiri.
Tapi aku ngga tau sama siapa nih” Lala hanya memainkan rambutnya. Sasa diam.
Lalu datanglah Nando.
“Nanti mau jadi
temen dansaku ngga?” Nando datang sambil tersenyum. Sasa diam.
“Udah, mau aja
Sa. Daripada nggak ada yang mau?” bisik Lala. Sasa mengangguk.
“Oke, jemput aku
jam 10” jawab Sasa. Nando membelai rambutnya dan tersenyum.
“Oke siap” lalu
pergi meninggalkan ruangan.
Malamnya, Sasa
sudah siap dengan gaun merah yang super pendek, 10 cm diatas lutut. Dan
make-upnya membuat penampilan Sasa menjadi mempesona, sehingga membuat Nando
melongo.
“Kamu cantik”
Sasa diam merona merah. Lalu Nando mengajaknya masuk ke dalam mobil dan menuju
pesta tahun baru di sekolahnya. Di sekolah, Ferro sudah menunggu kehadiran Sasa
dan menyambutnya. Sasa terkejut saat melihat penampilan Ferro yang begitu
mempesona. Di tariknya tangan Sasa dari dalam mobil dan pergi menuju aula
sekolah. Nando hanya menatap tajam saat melihat kelakuan Ferro.
“Kamu cantik, Sa”
Ferro menggenggam tangannya dan tersenyum. Sasa menunduk malu.
“Kamu mau jadi
pacarku?” tanya Ferro lanjut. Sasa mendongakan wajahnya dan dilihatnya wajah
Ferro yang begitu serius. Nando yang melihat hanya dapat berhenti melangkah dan
melipat kedua tangannya.
“Jawabnya nanti
aja, pas acaranya udah dimulai, sekarang kita dansa dulu” Ferro mengandeng tangan
Sasa, Sasa menoleh ke arah Nando.
“Tapi aku sudah
dengan Nando” ucap Sasa lirih, tapi Ferro tak peduli dan tetap mengajaknya
berdansa.
Acara dansa
sedang berlangsung, Ferro dan Sasa sedang berdansa, sedangkan Nando hanya
sedang menikmati segelas soda sambil melihat dansa Sasa.
“Aku bisa menjadi
agresif, Sa” bisik Ferro. Sasa terkejut dan melanjutkan dansanya dengan Ferro.
Tiba saatnya
acara yang ditunggu-tunggu. Jam sudah menunjukan pukul 23.48 dan kembang api
sudah mulai dinyalakan. Ferro menggenggam tangannya lalu memeluknya.
“Dari awal waktu
kamu masuk pertama, aku udah jatuh cinta sama kamu. Kamu mau kan jadi pacar
aku?” bisik Ferro. Sasa diam lalu menangis.
“Sa? Kenapa?”
Sasa menggelengkan kepalanya. Ferro melepaskan pelukannya dan menjauh beberapa
langkah.
“Aku suka sama
orang lain Fer” lirih Sasa sambil menangis.
“Maafin aku Sa,
aku memang licik. Aku tau sebenarnya kamu dari awal suka sama Nando. Tapi
kamunya aja yang ngga sadar”
“Sebelum kamu
sadar, aku buru-buru dapetin kamu Sa” ucap Ferro tertawa. Sasa mengusap air
matanya.
“Tapi, kamu cewe
pertama yang bisa buat aku bener-bener kehilangan” Ferro menepuk pundak Sasa.
Sasa melangkahkan kakinya menuju Nando yang sedang minum soda. Dipeluknya tubuh
Nando.
“Aku suka! Suka
kamu!” ucap Sasa. Nando membalikan badannya dan membalas pelukannya.
“Bodoh, dari awal
aku juga udah suka kamu”
Penulis: Intan Permatasari
Buku: Kupu-Kupu.
No comments
Post a Comment