Saturday, 11 October 2014

My False First Love



 

        Sasa mempercepat langkah kakinya menuju gerbang sekolah. Pada suatu malam, terjadi pertengkaran hebat antara ayah dan ibu Sasa dan pertengkaran berakhir dengan kalimat ‘Cerai’ dan membuat kensunyian didalam keluarga mereka sampai ke pengadilan. Pada akhirnya orang tua Sasa berpisah dan Sasa tinggal bersama ibunya, sebenarnya Sasa dari kecil hanya dekat dengan sang Ayah. Sedangkan sang Ibu lebih memilih dirinya sendiri ketimbang Sasa. Hanya karna Ayahnya yang membuat Sasa menjadi seperti ini, menjadi anak yang berbakat.

        Sasa berlari menuju lorong sekolah dan mencari kelasnya satu persatu. Tanpa disengaja Sasa menabrak seseorang yang sedang berjalan, sehingga membuat Sasa terjatuh. Sasa bangkit dan memohon maaf pada orang yang telah ditabraknya tadi.

        “Kamu kira permohonan maafmu akan kukabulkan? Tidak segampang itu gadis liar!” ucapnya sambil menatap tajam Sasa. Sasa terkejut saat mendengar ucapan dari lelaki tersebut. Dia dipanggil oleh lelaki tersebut dengan panggilan ‘gadis liar’ Sasa kembali menatap tajam mata lelaki itu dan mulai menjulurkan lidahnya.

        “Aku juga tidak akan butuh balasan darimu!” ucap Sasa tegas sambil menjulurkan lidahnya dan kembali berlari mencari ruang kelasnya. Sehingga Sasa telat masuk jam pelajaran. Dia berjalan menuju bangku dekat taman, dan seorang lelaki datang menemuinya

        “Hai, kau anak baru kan? Susah cari ruangan ya? Gedung disini memang sama semua” tanyanya. Sasa mengangguk setuju dan mulai memangku dagunya di atas meja.

        “Aku Ferro, bagaimana kalo kita cari kelasmu bersama?” ucapnya mulai mengandeng tangan Sasa dan menuntunnya mencari kelasnya. Di pertengahan jalan mereka saling mengobrol bersama. Tentang kenapa dia bpindah, dan sebagainya. Sesampainya di ruangan Sasa.

        TOK TOK TOK... Ferro mengetuk pintu dan masuk kedalam, terlihat guru sedang mengajar pelajaran bahasa didalam kelas, lalu sang guru tersenyum saat menatap Sasa, disuruhnya Sasa masuk kedalam kelas dan memperkenalkan diri. Ferro menutup pintunya dan kembali berjalan meninggalkan kelas.

        Selesai Sasa memperkenalkan dirinya, terdengarlah suara lantang dan membuat Sasa terkejut.
        “Kau lagi?!” ucapnya, Sasa melongo. Ternyata Sasa harus sekelas dengan lelaki yang baru saja diabraknya tadi. Sang guru tersenyum bahagia melihat Sasa dan lelaki tersebut.
        “Ternyata kalian sudah saling kenal yah? Kau bisa duduk di sebelahnya, panggil saja Nando” ucap sang guru sambil menyuruh Sasa duduk disebelah Nando. Lelaki yang ditabraknya tadi. Sasa berjalan menuju bangku sebelah Nando dan mendudukinya.
        “Kenapa kau harus disini?” ucap Nando berbisik ke arah Sasa, Sasa hanya menatap Nando beberapa detik lalu menjulurkan lidahnya.
        “Ini diluar dugaanku!” ucap Sasa, Nando menggertak kepala Sasa dan membuat Sasa merintih kesakitan. Sasa kembali menjulurkan lidahnya dan memalingkan wajahnya dari Nando. Dan akhirnya mereka melanjutkan pelajaran mereka dengan satu murid baru. Beberapa jam kemudian bel istirahatpun berbunyi.
Mereka langsung mendekati Sasa, dan memperkenalkan diri. Sasa tersenyum bahagia. “Ayah ibumu kerja dimana?” salah satu dari mereka bertanya, Sasa hanya diam dan mengingat kejadian pertikaian antara ayah dan ibunya. Tanpa sadar Sasa meneteskan air matanya dan itu membuat teman teman Sasa terkejut. Dengan cepat Sasa mengusap air matanya. Nando hanya diam menatapnya.
        Berbulan bulan Sasa slalu menjadi korban kekejaman Nando di kelasnya. Dan itu membuat beberapa temannya menganggap bahwa mereka berpacaran. Dan itu membuat Ferro untuk mendekatinya.
        “Gimana kalo nanti kita nonton?” tanya Ferro menyikut lengan Sasa. Lalu datanglah Nando.
        “Fer, nanti ada rapat organisasi” Ferro hanya menghela nafas dan mengangguk. Sasa hanya diam melihat Ferro. Nando hanya menjulurkan lidahnya kea rah Sasa, dan itu membuat Sasa mengerutkan keningnya.
        Bsoknya, Ferro datang kerumah Sasa untuk mengajaknya berangkat bersama, ini pertama kalinya Ferro mengajak Sasa untuk berangkat sekolah bersama.
        “Tumben ngajak berangkat bareng?” tanya Sasa, Ferro hanya menggaruk kepalanya dan tertawa.
        “Cuman pengen deket aja sama kamu” jawabnya, dan membuat kedua pipi Sasa merona merah.
        Sesampai di kelas, Ferro menepuk pundaknya dan pergi meninggalkannya. Sasa diam dan tersenyum, lalu datanglah Nando.
        “Naksir sama Ferro?” tanya Nando tiba-tiba. Sasa hanya memajukan bibirnya dan pergi masuk ke dalam ruangan.
        Di saat jam pelajaran, Nando menyikut lengan Sasa dan menaikkan satu alisnya. Sasa hanya diam mengerutkan keningnya. Nando menggeleng lemah.
        “Dasar bego! Maksudnya, aku nunggu jawabanmu tadi. Naksir Ferro kan? Udah deh jujur aja” Sasa hanya menggeleng dan menjulurkan lidahnya.
        “Apaan sih” lalu Sasa melanjutkan membaca bukunya. Nando hanya memangku dagunya dan menatap Sasa terus menerus.
        Di akhir tahun, setiap sekolah mengadakan pesta tahun baru di sekolah. Dan tentunya, Nando sebagai ketua organisasi sangatlah sibuk untuk mengatur segala tentang pesta tahun baru di sekolahnya. Hingga dia menginap di sekolah untuk membuat pesta itu begitu meriah.
“Nanti kamu pake gaun warna apa?” tanya Lala menatap Sasa yang sedang membaca novel.
“Aku punyanya gaun merah. Dan itu pendek banget” keluh Sasa sambil menutup buku novelnya.
“Nanti itu katanya ada pesta dansa loh! Dan kita dateng itu harus bawa pendamping sendiri. Tapi aku ngga tau sama siapa nih” Lala hanya memainkan rambutnya. Sasa diam. Lalu datanglah Nando.
“Nanti mau jadi temen dansaku ngga?” Nando datang sambil tersenyum. Sasa diam.
“Udah, mau aja Sa. Daripada nggak ada yang mau?” bisik Lala. Sasa mengangguk.
“Oke, jemput aku jam 10” jawab Sasa. Nando membelai rambutnya dan tersenyum.
“Oke siap” lalu pergi meninggalkan ruangan.
Malamnya, Sasa sudah siap dengan gaun merah yang super pendek, 10 cm diatas lutut. Dan make-upnya membuat penampilan Sasa menjadi mempesona, sehingga membuat Nando melongo.
“Kamu cantik” Sasa diam merona merah. Lalu Nando mengajaknya masuk ke dalam mobil dan menuju pesta tahun baru di sekolahnya. Di sekolah, Ferro sudah menunggu kehadiran Sasa dan menyambutnya. Sasa terkejut saat melihat penampilan Ferro yang begitu mempesona. Di tariknya tangan Sasa dari dalam mobil dan pergi menuju aula sekolah. Nando hanya menatap tajam saat melihat kelakuan Ferro.
“Kamu cantik, Sa” Ferro menggenggam tangannya dan tersenyum. Sasa menunduk malu.
“Kamu mau jadi pacarku?” tanya Ferro lanjut. Sasa mendongakan wajahnya dan dilihatnya wajah Ferro yang begitu serius. Nando yang melihat hanya dapat berhenti melangkah dan melipat kedua tangannya.
“Jawabnya nanti aja, pas acaranya udah dimulai, sekarang kita dansa dulu” Ferro mengandeng tangan Sasa, Sasa menoleh ke arah Nando.
“Tapi aku sudah dengan Nando” ucap Sasa lirih, tapi Ferro tak peduli dan tetap mengajaknya berdansa.
Acara dansa sedang berlangsung, Ferro dan Sasa sedang berdansa, sedangkan Nando hanya sedang menikmati segelas soda sambil melihat dansa Sasa.
“Aku bisa menjadi agresif, Sa” bisik Ferro. Sasa terkejut dan melanjutkan dansanya dengan Ferro.
Tiba saatnya acara yang ditunggu-tunggu. Jam sudah menunjukan pukul 23.48 dan kembang api sudah mulai dinyalakan. Ferro menggenggam tangannya lalu memeluknya.
“Dari awal waktu kamu masuk pertama, aku udah jatuh cinta sama kamu. Kamu mau kan jadi pacar aku?” bisik Ferro. Sasa diam lalu menangis.
“Sa? Kenapa?” Sasa menggelengkan kepalanya. Ferro melepaskan pelukannya dan menjauh beberapa langkah.
“Aku suka sama orang lain Fer” lirih Sasa sambil menangis.
“Maafin aku Sa, aku memang licik. Aku tau sebenarnya kamu dari awal suka sama Nando. Tapi kamunya aja yang ngga sadar”
“Sebelum kamu sadar, aku buru-buru dapetin kamu Sa” ucap Ferro tertawa. Sasa mengusap air matanya.
“Tapi, kamu cewe pertama yang bisa buat aku bener-bener kehilangan” Ferro menepuk pundak Sasa. Sasa melangkahkan kakinya menuju Nando yang sedang minum soda. Dipeluknya tubuh Nando.
“Aku suka! Suka kamu!” ucap Sasa. Nando membalikan badannya dan membalas pelukannya.
“Bodoh, dari awal aku juga udah suka kamu”

Penulis: Intan Permatasari 
Buku: Kupu-Kupu.

No comments

Post a Comment

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes