Friday, 8 August 2014

mentega cair



Kupu-Kupu terbang lalu hinggap pada kelopak bunga matahari. Cahaya matahari, membangunkan seluruh kawanan kumbang dan burung-burung untuk berkativitas. Langit-langit yang tadinya sepi mulai ramai dan beberapa bunga mulai dihinggapi kumbang-kumbang bercorak polkadot. Kayu-kayu yang rapuh dan basah mulai ramai dengan segerombolan rayap, merayap. Dinding rumah yang retak mulai di jelajahi , serdadu semut berbaris rapih. 

Cahaya matahari mengintip dari sela-sela jendela kamar, tak sengaja memaparkan pada kulit. Tetes  air jatuh karena tak kuat menahan beban, perlahan jatuh membasahi teras depan rumah. Hujan dedaunan kering; kuning langsat dan rapuh. 

Meja bundar; segelas susu dan sepiring roti tawar yang agak sedikit gosong berisikan selai kacang. Aku merasa tak khawatir dan tak merasa asing. Setidaknya susu dan roti pasangan serasi ketika pagi. Mataku yang membulat sempurna, melihat sepasang burung memadu kasih di atas ranting yang baru saja menjatuhkan daun terakhirnya.

Beberapa Puisi aku tulis secara sabar. Seingat aku titik-titik air yang membasahi lelap tidurmu, sisa-sisa malam yang tak bisa menemukan jalan untuk kembali pulang. 

No comments

Post a Comment

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes