Kupu-Kupu
terbang lalu hinggap pada kelopak bunga matahari. Cahaya matahari, membangunkan
seluruh kawanan kumbang dan burung-burung untuk berkativitas. Langit-langit
yang tadinya sepi mulai ramai dan beberapa bunga mulai dihinggapi
kumbang-kumbang bercorak polkadot. Kayu-kayu yang rapuh dan basah mulai ramai
dengan segerombolan rayap, merayap. Dinding rumah yang retak mulai di jelajahi
, serdadu semut berbaris rapih.
Cahaya matahari
mengintip dari sela-sela jendela kamar, tak sengaja memaparkan pada kulit. Tetes
air jatuh karena tak kuat menahan beban,
perlahan jatuh membasahi teras depan rumah. Hujan dedaunan kering; kuning
langsat dan rapuh.
Meja bundar;
segelas susu dan sepiring roti tawar yang agak sedikit gosong berisikan selai
kacang. Aku merasa tak khawatir dan tak merasa asing. Setidaknya susu dan roti
pasangan serasi ketika pagi. Mataku yang membulat sempurna, melihat sepasang
burung memadu kasih di atas ranting yang baru saja menjatuhkan daun
terakhirnya.
Beberapa Puisi
aku tulis secara sabar. Seingat aku titik-titik air yang membasahi lelap
tidurmu, sisa-sisa malam yang tak bisa menemukan jalan untuk kembali pulang.
No comments
Post a Comment