Cerita itu kembali diceritakan.
“Apakah kau ingin mendengarkan sebuah cerita? Walau
cerita ini tidak terlalu mengasyikan, tetapi cerita ini begitu menarik jika
diceritakan di waktu-waktu seperti ini.”
“Apakah kau siap mendengarkannya?”
Sebelum aku menceritakan cerita ini. Periksalah
jendela dan punti. Aku tidak ingin ada orang yang menggangu saat aku sedang
bercerita.
“Siap!”
“Ehmmm!”
Cerita ini tentang seorang lelaki bernama Pablo,
cerita ini pernah diceritakan oleh orang lain yang sudah dipilih untuk
menceritakan kisah Pablo ini. Termasuk aku. Pablo mati di telan api, setelah
beberapa ekor kutu mengusai pikirannya. Itu cerita yang pernah kudengar sewaktu
kecil, di mana pamanku menceritakan kisah itu. Aku masih ingat pesan terkahir
kisah yang diucapkan saat paman menceritakan kisah Pablo I. Aku harus
menceritakannya dengan keadaan senang, jika aku bercerita mencampurkan dengan
perasaan sedih, dendam atau kesombongan. Aku pasti akan mati, seperti yang
dialami oleh pamanku, mati tertelan api seperti kisah yang diceritakan dalam
Pablo I.
“Ehmmm!”
Pablo selalu bermain air setiap pagi dan menjelang
malam. Pablo tinggal di sebuah rumah yang cukup besar, di mana Pablo
dikelilingi oleh orang-orang yang baik kepadanya. Pablo akhirnya memutuskan
untuk berpetualang meninggalkan rumahnya selama satu malam. Sebelum Pablo
benar-benar memustukan Pablo bertemu seeorang temannya bernama Sylvia. Ia
adalah cinta pertamanya Pablo. Saat itu Sylvia menceritakan sebuah peta harta
karun yang menuju sebuah rumah kosong.
“Pablo. Apakah kau mau menemaniku pergi ke rumah
kosong itu? Rumah kosong yang di sudut jalan.” Itu pertanyaan Sylvia untuk
Pablo.
Ini adalah kesempatan untuk bisa berduaan bersama
Sylvia selama satu malam. Itu yang terpikirkan oleh Pablo. Bukan peta atau harta
karun yang dipikirkannya.
“Baiklah jika kau diam. Itu tandanya kau setuju!”
Sylvia tersenyum.
Pablo membalas senyumnya.
Besok pagi kita bertemu di tempat ini tepat pukul
enam pagi.
“Okeh!” Tanya Sylvia.
“Baiklah!” Jawab Pablo.
Sylvia berlari meninggalkan Pablo dan Pablo hanya
dapat mencium sisa-sisa parfum yang ditinggalkan di tempat itu. Pablo kembali
ke rumah tanpa berlari, ia hanya berjalan dan tersenyum-senyum.
Pablo tidak bisa tidur dan terus teringat senyumnya.
Saat itu Pablo mencoba memejamkan matanya, dan akhirnya ia tertidur selama enam
jam. Tidurnya terlalu cepat bagi Pablo sehingga sudah pukul enam pagi. Pablo
hampir lupa akan sesuatu dalam hitungan detik, namun ia segera berlari ke kamar
mandi lalu melompat ke halaman samping rumahnya.
Sylvia sudah menanti dengan sebuah gulungan kertas
berwarna cokelat dan juga senyumnya yang akan tertinggal di pikiran Pablo.
Sylvia tersenyum ketika melihat Pablo hanya dengan
memakai celana pendek dan kaos kutang berwarna putih dan sedikit noda di bagian
perut. Mulut mereka berdua mengeluarkan uap dingin, dan meniru gaya orang-orang
yang sedang merokok. Pablo hanya tertawa. Sylvia segera menunjuk sebuah rumah
yang besar yang tertutup kabut yang tebal. Pablo hanya tersenyum melihat rumah
itu. Walau dirinya tidak melihat bentuk rumah itu di balik kabut.
Sylvia membuka sebuah gulungan berwarna cokelat yang
ditaruhnya di atas tanah, dan terlihat angka- angka dalam kotak-kotak lalu
gambar yang aneh, tidak seperti ular tangga pada umunya.
“Apakah kau siap?” Tanya Sylvia.
“Siap!” Jawab Pablo.
Lempar dadu itu. Sylvia memerintah Pablo untuk
melemparkan dadu itu.
Dadu itu melambung di udara.
“Enam!” Kata Sylvia.
“Enam?” Kata Pablo.
“Ya!” Seru Sylvia.
Pablo menggerakan batu kecil itu menuju ke angka
enam, di mana kotak itu bergambar api dan seseorang dengan salah satu tangannya
terpotong. Sylvia tertawa pelan. Pablo memanglah anak yang polos dan tidak tahu
apa yang akan terjadi kepada dirinya. Mengenai api dan sepotong tangan.
“Pilihan yang bagus, Pablo.” Itu yang keluar dari
mulut Sylvia. Api dan sepotong tangan. Sebuah keberuntungan yang bagus untukmu
Pablo.
Seperti kata-kata orang lain di luar sana, sesuatu yang
hilang pasti tak akan pernah kembali sesutuhnya. Seperti perasaanmu kepadaku
Pablo. Bermainlah bersamaku hingga permain ini berakhir. Pablo melempar dadu
untuk terakhir kalinya di mana permain berakhir dan menyisahkan Pablo yang
sekarat.
Matilah kau Pablo.
No comments
Post a Comment