![]() |
https://id.pinterest.com/animalfriend46/ |
Tahun 1930-an hiduplah Sapi-sapi berwarna cokelat yang
sulit karena rasisme dan diskriminasi ras tidak melanggar hukum di tahun
1930-an, karena rasisme masih merajalela pada saat itu. Sapi berwarna cokelat dan
Sapi bercorak hitam putih dipisahkan di tahun 1930-an.
Sapi bercorak hitam putih dibayar kurang dari Sapi-sapi
bercorak hitam putih dan mereka Sapi-sapi berwarna cokelat harus bekerja lebih
keras, sering diberi lebih 'pekerjaan kotor' seperti tidak memakan rumput dan
tak diberikan air untuk minum. Hukuman mati untuk Sapi berwarna cokelat adalah
hukuman gantung.
Rombongan Sapi-sapi berwarna cokelat merasa ingin
mengubah cara mereka diperlakukan tapi itu sangat sulit bagi mereka untuk
melakukan hal ini sebagai akibat dari Tuan Banteng, ini karena sejumlah
undang-undang yang ditegakkan yang memberikan dasar hukum bagi memisahkan dan
diskriminasi terhadap Sapi-sapi berwarna cokelat.
Di tahun 1933, Sapi-sapi berwarna cokelat mulai
pindah ke kota Padang Rumput untuk bebas untuk peraturan segregasi. Pada tahun
1932, lebih dari satu juta Sapi-sapi berwarna cokelat telah bermigrasi ke
kota-kota timur termasuk Kota yang ditumbuhi rerumputan yang lebat, termasuk Kota
Padang Rumput salah satunya. Diskriminasi masih lazim di Utara, namun. Meningkatnya
populasi di kota Padang Rumput diperkuat persaingan untuk mendapatkan lahan dan
tempat tinggal. Sapi-sapi berwarna cokelat ditolak dalam setiap aktivitas dan
harus hidup dalam sesak dan menyedihkan.
Munculnya kembali Tuan Banteng sekitar tahun 1935,
ditambah dengan tersedak terus peraturan di wilayah Selatan, meningkatkan
ketegangan antara Sapi-sapi berwarna cokelat dan Sapi bercorak hitam putih di Kota
Sabana. Gelombang konfrontasi rasial kekerasan mulai muncul.
Pada musim panas 1938, kerusuhan ras meledak di
seluruh Utara dan kota Padang Rumput. Kerusuhan terjadi di antara bulan
September sampai Oktober. Di Kota Damen, 45 ekor sapi tewas dan 500 lainnya
luka-luka. Kerusuhan terus berlanjut sampai tahun 1939-an.
Pada tahun 1937 di kota
Sabana, Segerombolan Sapi bercorak hitam putih menyerang kawasan tempat tinggal
Sapi-sapi berwarna cokelat. Tiga puluh hektar sabana terbakar dan seluruh Sapi-sapi
berwarna cokelat tewas mengenaskan.
Berkat Tuan Kolibri, Tuan Banteng mendengar kabar rasisme
terjadi di bagian Kota Salju, di mana Sekawanan Mafia Putih hidup di suhu
di bawah nol derajat celcius yang dipimpin oleh Tuan Beruang. Mafia Putih memiliki
kekuatan dan pengaruh politik yang kuat untuk mengatur kota Salju.
Di tahun 1929-an,
permusuhan mulai membangun terhadap minoritas di Kota Salju. Terutama karena
kesulitan keuangan dan takut pada politik radikal, seperti komunis yang
dipimpin oleh Tuan Beruang. Ketegangan antara minoritas dan Mafia Putih yang
mulai memanas. Namun, efek dari politik radikal banyak sekumpulan hewan yang
mati dan diculik.
Kota Salju memerah dan tiba pada puncaknya di tahun
1930-an, penderitaan yang diwujudkan sebagai kebencian terhadap minoritas dan
imigran di Kota Salju semakin menderita. Karena kekurangan pekerjaan,
persaingan untuk pekerjaan memicu banyak konflik juga pembunuhan yang selalu
terjadi setiap hari. Terkadang potongan kepala Anjing laut yang digantungkan di
atas pohon cemara, atau darah-darah segar yang terus mengalir di sela-sela
batu.
Menyalahkan para Hewan imigran seperti Segerombolan
Panda yang menghilangkan corak hitam demi mengabdi kepada Mafia Putih untuk menguasai
beberapa tempat di Kota Salju, keadaan ekonomi semakin buruk dan mencekam
berubah menjadi cara untuk meningkatkan dukungan untuk "memutikan kulit".
Sejak terjadi perpecahan di bagian seluruh belahan
dunia, banyak segerombolan hewan minoritas yang dipandang dengan penuh kecurigaan,
terutama karena takut komunis. Selama akhir 1951-an, dengan persekutuan
organisasi Mafia Putih dan organisasi Mafia di seluruh bagian dunia, hewan-hewan
minoritas tertekan dan mencoba mencari perlindungan dari kehancuran atau
membunuh dirinya sendiri.
Organisasi Mafia Putih, yang dipimpin Tuan Beruang, menaikkan
biaya imigrasi untuk datang ke Kota Salju dari $ 200 menjadi $ 20.000 pada
akhir Tahun 1951. Imigran juga diminta untuk menunjukkan bukti setia kepada
Tuan Beruang dengan memutihkan badan.
Kesejahteraan dan kedamaiaan di Kota Hutan Hujan
mulai terasa pada akhir tahun 1951-an. Meskipun Mafia Kumbang telah membuat
Proklamasi membebaskan semua kawananan hewan diberlakukan di seluruh bagian barat
atas nama Mafia Kumbang.
Pada tahun 1951-an, seluruh organisasi Mafia Putih
dan organisasi Mafia –mafia di seluruh bagian dunia, mengadakan pertemuan,
dalam rapat besar itu dihadiri para ketua Mafia yang mampu menggerakan dunia.
Terlihat Tuan Beruang duduk sambil memegang gelas berisi cairan minya ikan.
Di sudut
lain Tuan Banteng hanya memegang cerutu jerami dan berbicara dengan Ketua yang
lain. Sekitar dua jam lebih perdebatan semakin panas dalam bertukar hasil dan
wilayah. Namun Mafia Kumbang yang dikenal kejam memilih pulang lebih awal.
Dikarenakan Politik yang semakin tidak sehat dan saling membunuh.
Mafia-mafia besar tidak pernah tertarik dengan
wilayah-wilayah kecil dan tidak berpenghasilan tinggi. Keyakinan Kebebasan
bukanlah Komunis yang diucapkan Mafia Kumbang meluas di antara bagian-bagian
kecil di seluruh dunia. Sebagian besar hewan minoritas mulai percaya kepada
keyakinan Mafia Kumbang dan mulai memilih bermigrasi ke Kota Hutan Hujan yang memperlakukan
semua hewan dengan sejajar dan sama.
Akhir tahun 1959-an kabar ‘Kebebasan bukanlah
Komunis’ seluruh anggota Mafia di seluruh bagian dunia mulai mengepung dan menututup
jalur perbatasan. “JIKA SIAPA YANG BERANI MELINTASI PERBATASAN INI AKAN KUBAKAR
HIDUP-HIDUP” itu yang tertulis di papan jalur perbatasan. Membuat seluruh hewan
mengurungkan niatnya untuk bermigrasi ke Kota Hutan Hujan.
Banyak sekali hewan yang mati sia-sia dan ada juga
yang berhasil meloloskan diri. “Organisasi
Mafia di seluruh bagian dunia harus konsisten dalam misi memastikan untuk
meningkatkan standar perlindungan dari kabar-kabar yang ingin menghancurkan. Pesan
itu disampaikan oleh pemerintah bawah tanah.
Rata-rata Rasisme dan Kekerasan telah terjadi di seluruh
dunia, yang dilakukan oleh Mafia-Mafia atau hewan gila yang didukung penuh oleh
pemerintah bawah tanah yang menginginkan kebebasan dan kekayaan. Juga
mengontrol seluruh bagian dengan kekerasan untuk melumpuhkan rakyatnya dengan
rasa takut.
Mafia-mafia itu digunakan oleh pemerintah bawah
tanah yang dipimpin oleh Tuan Armadillo, juga berperan sebagai pembunuh jikalau
mereka (pemerintahan bawah tanah) merasa kebebasan dan kekayaan mereka berada
dalam bahaya.
No comments
Post a Comment