Monday, 19 September 2016

Tuan Armadillo

https://id.pinterest.com/animalfriend46/

Tahun 1930-an hiduplah Sapi-sapi berwarna cokelat yang sulit karena rasisme dan diskriminasi ras tidak melanggar hukum di tahun 1930-an, karena rasisme masih merajalela pada saat itu. Sapi berwarna cokelat dan Sapi bercorak hitam putih dipisahkan di tahun 1930-an.

Sapi bercorak hitam putih dibayar kurang dari Sapi-sapi bercorak hitam putih dan mereka Sapi-sapi berwarna cokelat harus bekerja lebih keras, sering diberi lebih 'pekerjaan kotor' seperti tidak memakan rumput dan tak diberikan air untuk minum. Hukuman mati untuk Sapi berwarna cokelat adalah hukuman gantung.

Rombongan Sapi-sapi berwarna cokelat merasa ingin mengubah cara mereka diperlakukan tapi itu sangat sulit bagi mereka untuk melakukan hal ini sebagai akibat dari Tuan Banteng, ini karena sejumlah undang-undang yang ditegakkan yang memberikan dasar hukum bagi memisahkan dan diskriminasi terhadap Sapi-sapi berwarna cokelat.

Di tahun 1933, Sapi-sapi berwarna cokelat mulai pindah ke kota Padang Rumput untuk bebas untuk peraturan segregasi. Pada tahun 1932, lebih dari satu juta Sapi-sapi berwarna cokelat telah bermigrasi ke kota-kota timur termasuk Kota yang ditumbuhi rerumputan yang lebat, termasuk Kota Padang Rumput salah satunya. Diskriminasi masih lazim di Utara, namun. Meningkatnya populasi di kota Padang Rumput diperkuat persaingan untuk mendapatkan lahan dan tempat tinggal. Sapi-sapi berwarna cokelat ditolak dalam setiap aktivitas dan harus hidup dalam sesak dan menyedihkan.

Munculnya kembali Tuan Banteng sekitar tahun 1935, ditambah dengan tersedak terus peraturan di wilayah Selatan, meningkatkan ketegangan antara Sapi-sapi berwarna cokelat dan Sapi bercorak hitam putih di Kota Sabana. Gelombang konfrontasi rasial kekerasan mulai muncul.

Pada musim panas 1938, kerusuhan ras meledak di seluruh Utara dan kota Padang Rumput. Kerusuhan terjadi di antara bulan September sampai Oktober. Di Kota Damen, 45 ekor sapi tewas dan 500 lainnya luka-luka. Kerusuhan terus berlanjut sampai tahun 1939-an. 

Pada tahun 1937 di kota Sabana, Segerombolan Sapi bercorak hitam putih menyerang kawasan tempat tinggal Sapi-sapi berwarna cokelat. Tiga puluh hektar sabana terbakar dan seluruh Sapi-sapi berwarna cokelat tewas mengenaskan.

Berkat Tuan Kolibri, Tuan Banteng mendengar kabar rasisme terjadi di bagian Kota Salju, di mana  Sekawanan Mafia Putih hidup di suhu di bawah nol derajat celcius yang dipimpin oleh Tuan Beruang. Mafia Putih memiliki kekuatan dan pengaruh politik yang kuat untuk mengatur kota Salju. 

Di tahun 1929-an, permusuhan mulai membangun terhadap minoritas di Kota Salju. Terutama karena kesulitan keuangan dan takut pada politik radikal, seperti komunis yang dipimpin oleh Tuan Beruang. Ketegangan antara minoritas dan Mafia Putih yang mulai memanas. Namun, efek dari politik radikal banyak sekumpulan hewan yang mati dan diculik.

Kota Salju memerah dan tiba pada puncaknya di tahun 1930-an, penderitaan yang diwujudkan sebagai kebencian terhadap minoritas dan imigran di Kota Salju semakin menderita. Karena kekurangan pekerjaan, persaingan untuk pekerjaan memicu banyak konflik juga pembunuhan yang selalu terjadi setiap hari. Terkadang potongan kepala Anjing laut yang digantungkan di atas pohon cemara, atau darah-darah segar yang terus mengalir di sela-sela batu.

Menyalahkan para Hewan imigran seperti Segerombolan Panda yang menghilangkan corak hitam demi mengabdi kepada Mafia Putih untuk menguasai beberapa tempat di Kota Salju, keadaan ekonomi semakin buruk dan mencekam berubah menjadi cara untuk meningkatkan dukungan untuk "memutikan kulit".

Sejak terjadi perpecahan di bagian seluruh belahan dunia, banyak segerombolan hewan minoritas yang dipandang dengan penuh kecurigaan, terutama karena takut komunis. Selama akhir 1951-an, dengan persekutuan organisasi Mafia Putih dan organisasi Mafia di seluruh bagian dunia, hewan-hewan minoritas tertekan dan mencoba mencari perlindungan dari kehancuran atau membunuh dirinya sendiri.

Organisasi Mafia Putih, yang dipimpin Tuan Beruang, menaikkan biaya imigrasi untuk datang ke Kota Salju dari $ 200 menjadi $ 20.000 pada akhir Tahun 1951. Imigran juga diminta untuk menunjukkan bukti setia kepada Tuan Beruang dengan memutihkan badan.

Kesejahteraan dan kedamaiaan di Kota Hutan Hujan mulai terasa pada akhir tahun 1951-an. Meskipun Mafia Kumbang telah membuat Proklamasi membebaskan semua kawananan hewan diberlakukan di seluruh bagian barat atas nama Mafia Kumbang.

Pada tahun 1951-an, seluruh organisasi Mafia Putih dan organisasi Mafia –mafia di seluruh bagian dunia, mengadakan pertemuan, dalam rapat besar itu dihadiri para ketua Mafia yang mampu menggerakan dunia. Terlihat Tuan Beruang duduk sambil memegang gelas berisi cairan minya ikan. 

Di sudut lain Tuan Banteng hanya memegang cerutu jerami dan berbicara dengan Ketua yang lain. Sekitar dua jam lebih perdebatan semakin panas dalam bertukar hasil dan wilayah. Namun Mafia Kumbang yang dikenal kejam memilih pulang lebih awal. Dikarenakan Politik yang semakin tidak sehat dan saling membunuh.

Mafia-mafia besar tidak pernah tertarik dengan wilayah-wilayah kecil dan tidak berpenghasilan tinggi. Keyakinan Kebebasan bukanlah Komunis yang diucapkan Mafia Kumbang meluas di antara bagian-bagian kecil di seluruh dunia. Sebagian besar hewan minoritas mulai percaya kepada keyakinan Mafia Kumbang dan mulai memilih bermigrasi ke Kota Hutan Hujan yang memperlakukan semua hewan dengan sejajar dan sama.

Akhir tahun 1959-an kabar ‘Kebebasan bukanlah Komunis’ seluruh anggota Mafia di seluruh bagian dunia mulai mengepung dan menututup jalur perbatasan. “JIKA SIAPA YANG BERANI MELINTASI PERBATASAN INI AKAN KUBAKAR HIDUP-HIDUP” itu yang tertulis di papan jalur perbatasan. Membuat seluruh hewan mengurungkan niatnya untuk bermigrasi ke Kota Hutan Hujan.

Banyak sekali hewan yang mati sia-sia dan ada juga yang berhasil meloloskan diri. “Organisasi Mafia di seluruh bagian dunia harus konsisten dalam misi memastikan untuk meningkatkan standar perlindungan dari kabar-kabar yang ingin menghancurkan. Pesan itu disampaikan oleh pemerintah bawah tanah.

Rata-rata Rasisme dan Kekerasan telah terjadi di seluruh dunia, yang dilakukan oleh Mafia-Mafia atau hewan gila yang didukung penuh oleh pemerintah bawah tanah yang menginginkan kebebasan dan kekayaan. Juga mengontrol seluruh bagian dengan kekerasan untuk melumpuhkan rakyatnya dengan rasa takut.


Mafia-mafia itu digunakan oleh pemerintah bawah tanah yang dipimpin oleh Tuan Armadillo, juga berperan sebagai pembunuh jikalau mereka (pemerintahan bawah tanah) merasa kebebasan dan kekayaan mereka berada dalam bahaya.

No comments

Post a Comment

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes