Saturday, 17 September 2016

Sayur Daun SIngkong


“Izinkan aku mencintai kekasihmu,” aku bertanya kepada cowonya secara terang-terangan, saat ia sedang makan. Kulihat ia menggantungkan daun singkong di mulutnya, matanya sedikit melihat ke arahku.
Ia memotong sisa daun singkong yang tadi digantungkan di mulutnya. Ia melihat ke samping kanan, lalu ke kiri untuk memastikan apakah ada orang lain selain dirinya yang makan di sini.
“Izinkan aku mencintai kekasihmu,” aku lebih keras dan penuh semangat mengucapkannya. Tepat di depan wajahnya yang tericum aroma sayur singkong, aku mengatakan i-z-i-n-k-a-n  a-k-u  m-e-n-c-i-n-t-a-i  k-e-k-a-s-i-h-m-u dengan perlahan dan pelan dengan artikulasi yang jelas .
“Silahkan duduk!” Katanya.
“Ya, terima kasih” Jawabku, sambil menahan jeleh ketika mencium sayur daun singkong yang di makannya.
“Yang barusan kau katakan itu untuk kekasihku? Bukan!” jawabnya, sambil terus lanjut mengunyah daun singkong.
“Izinkan aku mencintai kekasihmu,”tanyaku.
“Boleh saja kau mencintai kekasihku.” Jawabnya.
“Apakah Kau tidak lagi mencintai kekasihmu?” Tanyaku.
“Aku sangat mencintai kekasihku setengah mati, dan tiba-tiba kau bertanya kepadaku, dengan kalimat yang luar biasa yang mengkoyak-koyak imanku. Ternyata di dunia ini yang kecil ini ada yang mencintai kekasihku selain diriku.” Jawabnya sambil melihat ke arahku.
“Kenapa kau ingin mencintai kekasihku?” Tanyanya dengan mulutnya yang belepotan, secuil nasi yang menempel di pojok bibirnya.
“Karena kekasihmu, mencintaiku!” Balasku sambil menjauhkan wajahku dari jangkauan tangannya.
“Hahah…haha… apa yang membuat kekasihku bisa mencintaimu!” Ia tertawa mengejek tanpa adegan nasi di pojok bibirnya itu jatuh.
“Kekasihmu tidak lagi mencintaimu, Bung! Makanya saya ke sini mau meminta izin untuk mencintai kekasihmu itu.” Jawabku dengan penuh ketegasan dan sedikit rasa khawatir.
Nasi di pojok bibirnya jatuh di lengannya, lalu memakannya kembali. Kulihat piringnya bersih tanpa adanya nasi atau sayu singkong yang tertinggal di piringnya.
“Hahaha…hahaha” ia kembali tertawa tidak jelas.
“Kekasihku, setia, mana mungkin ia mencintai laki-laki lain selain diriku. Apalagi mencintai dirimu itu tidak mungkin.” Sambungnya kembali.
“Ini Buktinya.” Aku menunjuk ke diriku sendiri sebagai bukti aku datang untuk meminta izin.
“Ada alasan lain?” ia bertanya kepadaku.
“Ada.” Jawabku.
“Apa?” balasnya.
“Ia… tidak… suka laki…laki…ya…” jawabku.
“Lesbian?” Sambutnya.
“Bukan! Kau seharusnya tidak memotong ucapanku. Bung.” Jawabku sedikit merasa kesal.
“Lalu apa? Kau bicara terlalu lama dan terbata-bata.” Jawabnya.
“Ia tidak suka laki-laki yang doyan makan sayur daun singkong, Bung! Makanya ia mencintaiku daripada dirimu.”Kataku.
“Persetan! Dengannya.”Jawabnya sambil kembali memesan sayur daun singkong dan sepiring nasi yang ketiga kalinya.

“Persetan! Juga.” jawabku dalam hati.

No comments

Post a Comment

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes