Malam ini dingin sekali
ia menggigil, melipat tangannya.
Berharap Tuhan menghangatkan
jiwanya.
Aku tidak lagi menulis kata-kata, di Telefon genggam.
Lebih suka menulis, di kaos kesayanganmu,
sesuatu yang sering kau kenakan.
Aku duduk. Diam-diam mencintaimu,
matamu jendela yang sering aku tatap
setiap senin, lusa ataupun kamis.
Rasanya ingin sekali merajah tubuhmu
menulis kata-kata, dengan pisau dapur
darah segar mengalir di dadamu.
Aku mau tidur di antara dada,
tempat ternyaman untuk sepasang mataku;
bertahan dan tidak ke mana-mana.
bibir yang tak pernah kering, dosakah aku?
mencintai bibirmu;
sesuatu yang ingin kucium dengan hati-hati.
No comments
Post a Comment