Saturday, 24 May 2014

menunggu kau pulang



Awan-awan yang mulai membentuk putih, matahari mulai muncul setengah dari arah timur. Embun membekas di antara kaca-kaca stasiun yang berisikan informasi-informasi keberangkatan kereta api. Fitri duduk di kursi keberangkatan yang memanjang sepi. Beberapa pedagang mulai menjual dagangannya. Para petugas stasiun mulai menjajakan kakinya di pinggir rel dengan topi yang berwarna merah bergaris kuning kemeasan. Tangan kirinya memegang sebuah tongkat mirip seperti rambu-rambu lalu lintas di pinggir jalan namun ini bagian depannya berwarna hijau, merah untuk bagian belakangnya.


Fitri mulai mulai menyaksikan orang-orang dengan bawaan banyak dan menggendong tas-tas besar yang menompang pundak. 


Suasana kereta api yang tadinya sepi mulai padat dengan aktivitas seluruh stasiun. Fitri mulai melihat jam dinding bagian pintu masuk stasiun. Kereta yang aku tunggu akhirnya datang, penumpang selain aku mulai bergegas untuk menaiki. Fitri masih asik duduk dengan santai, melihat orang-orang yang berdesak-desakan. Akhirnya kereta api berhenti.orang-orang mulai berebutan masuk, karena takut tidak kebagiaan kursi. Fitri hanya tersenyum.

***

Fitri mencari gerbong tujuh, melihat koridor kereta yang sesak. Nomor 236 fitri duduk. Kaca jendela kereta yang sudah menggaris pecah sebagian jendela. Terdengar suara kereta berjalan, fitri meninggalkan stasiun. menompang bagian bawah wajah (dagu), melihat arah luar dari balik jendela. Matahari merah ke oranye-oranyean mulai menggantung di tepian barat. Seluruh langit menjelma merah.
Menghabiskan beberapa menit untuk menghabiskan sore dari balik jendela kereta api. Fitri mengenakan kacamata hitam dengan headphone menutupi kedua telinga dengan lagu-lagu rock classic seperti Goo goo dolls, Gun and roses. Tangan yang menepuk-nepuk paha, ftri terbawa alunan lagu Goo goo dolls.
Fitri terbangun dari tidur, suasana seluruh kereta api tenang dan sejuk.

***

Beberapa pesan baru masuk ke telepon genggam, membacanya ternyata dari kekasihnya Bayu. Senyum fitri melebar. Beberapa kali kereta berhenti di stasiun kecil, fitri membaca buku halaman per-halaman. Getar dan suara kereta, ftri melanjutkan tidurnya.

Bayu yang sudah menunggu fitri melawan dingin dengan jaket berwarna hitam bercorak putih. Asap-asap mulai menggantung-gantung di atap stasiun yang dibuat bayu dari rokoknya.

arah utara kereta datang dengan lampu yang membulat kuning, bayu lekas berdiri, kereta semakin mendekat. Angin yang dibuat kereta api begitu kencang. Beberapa detik kereta berhenti. Bayu lekas mencari keberadaan Fitri. Fitri dengan barang bawaannya, meninggalkan kereta. Fitri dan Bayu tak bertemu.

Andai saja kau tau? Sebaiknya-sebaiknya kesembuhan, ialah kembali kepelukannya yang begitu lapang.
 

No comments

Post a Comment

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes