Barang-barang sudah persiapkan di dalam
tas ransel yang berukuran besar, renata juga sudah mempersiapkan diri dengan
matang. Pagi masih gelap matahari masih belum menggantung terlalu dini. Renata
berpamitan kepada ibunya, “ hati-hati di jalan ya, rena. “. Renata memeluk
ibunya. Renata menghabiskan sarapan yang dibuat ibu sepagi ini.
Renata berjalan ke stasiun dengan
berjalan kaki, jarak rumah renata dengan stasiun sangat dekat. Renata melihat
Bayu yang sudah menunggu di depan pintu masuk stasiun. Dari belakang punggung
renata munculah laras dan natha. Kereta yang akan di tunggangi sudah siap,
mereka berempat masuk. Bayu mempersiapkan seluruh tiket.
Renata melihat kepala kereta api yang
begitu gagah, renata tersenyum melihat sang masinis pengemudi kereta. Renata
memejamkan mata, berdoa didalam hatinya, semoga selamat sampai tujuan. Amin.
***
AYO, masuk kereta sebentar lagi
berangkat, teriak bayu. Renata, laras, dan natha mengikuti bayu dari belakang.
Kami duduk saling berhadapan. Renata duduk dekat jendela, seluruh petugas
stasiun mempersiapkan keberangkatan kereta. Suara pria yang keluar dari
pengeras suara dan suara sempritan, melepas keberangkatan kita berempat. Kaca
jendela kereta api mulai tertutup embun. Bayu, natha dan laras memilih tidur.
masih terlalu pagi aku untuk tidur, pemandangan dari balik jendela terasa asri.
Matahari mulai menggantung bebas. kuambil buku kecil yang aku simpan di dalam
tas. Aku selalu membawa buku ini kemana-mana.
Sehalaman kertas penuh dengan coretan
cerita renata. Renata memilih tidur mengikuti tiga temannya.
Renata mendengar percakapan seseorang
yang begitu seru, renata membuka kedua matanya. Melihat ketiga temannya sudah
bangun. Selamat siang, rena, Ucap laras. Aku hanya tersenyum. Akhirnya aku juga
mulai ikut suasana mereka bertiga. Kira-kira nanti kita sampai jam enam sore.
Di dalam kereta api kitalah yang
paling berisik dan heboh. aku memilih tidur kembali.
***
Bangun-bangun sebentar lagi kita
sampai di stasiun Probolinggo. Aku terbangun dengan ogah-ogahan. Aku ambil
barang bawaanku , aku peluk. Aku melihat orang-orang berjualan. Stasiun
Probolinggo, aku membacanya. Kami berempat turun dengan barang bawaanya
masing-masing. Kami berempat mengikuti bayu. Saya melihat shuttle bus, akhirnya
saya bisa tidur kembali. Adzan mahgrib melepas keberangkatan kita ke desa
tengger.
Selama dua jam kami duduk di kursi
yang empuk kaya singgah sana raja. Akhirnya kami berhenti. Bayu menayakan
pesanan kamar, karena bayu sudah memesan jauh-jauh hari sebelum kita berangkat.
Udara disini sudah begitu dingin. Mulutku berasap tanpa perlu merokok, bayu
memberikan dua kunci kamar. Aku dengan laras sedangkan bayu sekamar dengan
natha. Di dalam kamar aku dan laras, bercerita apa saja menghabiskan malam.
Renata melihat puncak gunung dari balik jendela. Selamat memejam, aku
mencintaimu.
***
Adzan subuh jatuh ditelingaku, suara
ketukan pintu terdengar. Aku melihat laras sudah mengenakan jaket tebal. Kami
berempat kumpul di depan homestay, sebelumnya kita berdoa dulu, berdoa mulai.
Selesai, ucap bayu. Kami berjalan menuju lereng sekaligus melihat sunrise. Hamparan pasir begitu
membentang mata. Renata mempotret seluruh pemandangan ini dengan tersenyum
indah. Sesampainya di tangga menunju puncak gunung, kami memilih berjalan kaki.
Dengan keringat yang tak terasa, semua
dingin. Kami ber’empat sampai juga ke puncak gunung bromo.
Aku mencintaimu, Indonesia.
No comments
Post a Comment