![]() |
Takdir tidak pernah terduga oleh alam pikir manusia,
takdir dibagi menjadi dua dalam pikiran manusia. pertama takdir yang membawa
keberuntungan, kedua takdir yang membawa kesialan. Semakin maju ke dunia modern----manusia
tidak lagi mempercayai takdir, mereka menganggap takdir sebagai sebuah
kesialan. Namun masih ada sebagian orang mempercayai takdir sebagai
sesuatu yang luar biasa. Sebagian kecil mereka bergantung kepada takdir, atau
begitu mudah menyerahkan diri mereka kepada takdir. Aku seorang pria yang masih mempercayai
takdir sebagai sesuatu yang luar biasa. Tetapi berbeda dengan apa yang
dipikirkan oleh Ibu, Ibu seorang wanita yang tidak mempercayai takdir.
Di pinggiran kota, hujan sedang turun lebat dengan
gemuruh petir yang terkadang menggetarkan kaca kamarku. Setiap mencoba menutup
mata, diriku mendengar getar kaca, deras hujan yang menghantam atap rumah.
Walau diriku sudah memaksakan untuk tidur. Aku selalu membayangkan hal-hal aneh
seperti tiba-tiba Seekor dinosaurus melintasi jendela kamarku, atau peri kecil
dari Neverland membawaku pergi dari
kamar. Kulihat jam di atas meja belajar menunjukan pukul 22.00 walau dibilang
ini belum begitu larut. Tetapi Ibuku selalu memarihku ketika aku tidur terlalu
ralut. Pernah sekali waktu Ibu marah besar kepadaku, ketika Aku berlarian
mengejar layang-layang yang hampir jatuh. Lalu ibu memarihku hingga aku
menangis hebat, saat itu aku berumur tujuh tahun. Saat ini Aku menginjak umur
sembilan tahun, minggu depan berumur sepuluh tahun. Di hari ulang tahunku
nanti, meminta ibu membelikan sepatu bola. Sedangkan diriku tidak begitu yakin
Ibu akan mengabulkan hadiah itu.
Di hari ulang tahunku, aku tidak melihat kado di
kamarku atau di ruang keluarga. Yang kudapati Ibu sedang memasak. Apakah ibu
lupa akan hari ini? Hari ulang tahunku. Setelah ibu lupa akan hari ulang
tahunku, diriku memilih diam untuk selamanya. Itu janji yang ada di dalam
hatiku saat itu. Sewaktu malam suaraku menghilang seperti diambil peri-peri di Neverland yang menepati janjiku. Namun aku merasa khawatir bilamana suaraku tidak kembali, dan
diriku pasti akan menjadi bisu selamanya. Di samping suaraku yang tiba-tiba
menghilang, aku merasa senang. Karena protes kepada Ibu benar-benar nyata.
Setelah kehilangan suara beberapa hari lalu, diriku
tidak merasa sulit berkomunikasi dengan ibu dan ayahku. Mereka selalu paham apa
yang Aku katakan. Apakah Aku bisu atau tuli? Kenapa hilangnya suara, fungsi
pendengaranku semakin sensitif. Hingga aku sanggup mendengar pembicaraan
orang-orang di sekitartku. Aku sanggup mendengar suara Ayah yang sedang
menelpon, walau Aku berada di dalam kamar. Dikarenakan telepon di kamar
tersambung dengan telepon utama. Bila benar-benar telah kehilangan suara,
kenapa Ayah dan Ibu masih bisa mengerti apa yang sedang Aku katakan. Lantas Aku
sendiri tidak mampu mendengarkan suaraku.
Lantas apa ini?
No comments
Post a Comment