Tuesday, 5 April 2016

Bisu Atau Tuli


www.freestockphotos.biz
Takdir tidak pernah terduga oleh alam pikir manusia, takdir dibagi menjadi dua dalam pikiran manusia. pertama takdir yang membawa keberuntungan, kedua takdir yang membawa kesialan. Semakin maju ke dunia modern----manusia tidak lagi mempercayai takdir, mereka menganggap takdir sebagai sebuah kesialan. Namun masih ada sebagian orang mempercayai takdir sebagai sesuatu yang luar biasa. Sebagian kecil mereka bergantung kepada takdir, atau begitu mudah menyerahkan diri mereka kepada takdir.  Aku seorang pria yang masih mempercayai takdir sebagai sesuatu yang luar biasa. Tetapi berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Ibu, Ibu seorang wanita yang tidak mempercayai takdir.

            Di pinggiran kota, hujan sedang turun lebat dengan gemuruh petir yang terkadang menggetarkan kaca kamarku. Setiap mencoba menutup mata, diriku mendengar getar kaca, deras hujan yang menghantam atap rumah. Walau diriku sudah memaksakan untuk tidur. Aku selalu membayangkan hal-hal aneh seperti tiba-tiba Seekor dinosaurus melintasi jendela kamarku, atau peri kecil dari Neverland membawaku pergi dari kamar. Kulihat jam di atas meja belajar menunjukan pukul 22.00 walau dibilang ini belum begitu larut. Tetapi Ibuku selalu memarihku ketika aku tidur terlalu ralut. Pernah sekali waktu Ibu marah besar kepadaku, ketika Aku berlarian mengejar layang-layang yang hampir jatuh. Lalu ibu memarihku hingga aku menangis hebat, saat itu aku berumur tujuh tahun. Saat ini Aku menginjak umur sembilan tahun, minggu depan berumur sepuluh tahun. Di hari ulang tahunku nanti, meminta ibu membelikan sepatu bola. Sedangkan diriku tidak begitu yakin Ibu akan mengabulkan hadiah itu.

Di hari ulang tahunku, aku tidak melihat kado di kamarku atau di ruang keluarga. Yang kudapati Ibu sedang memasak. Apakah ibu lupa akan hari ini? Hari ulang tahunku. Setelah ibu lupa akan hari ulang tahunku, diriku memilih diam untuk selamanya. Itu janji yang ada di dalam hatiku saat itu. Sewaktu malam suaraku menghilang seperti diambil peri-peri di Neverland  yang menepati janjiku. Namun aku merasa  khawatir bilamana suaraku tidak kembali, dan diriku pasti akan menjadi bisu selamanya. Di samping suaraku yang tiba-tiba menghilang, aku merasa senang. Karena protes kepada Ibu benar-benar nyata.

Setelah kehilangan suara beberapa hari lalu, diriku tidak merasa sulit berkomunikasi dengan ibu dan ayahku. Mereka selalu paham apa yang Aku katakan. Apakah Aku bisu atau tuli? Kenapa hilangnya suara, fungsi pendengaranku semakin sensitif. Hingga aku sanggup mendengar pembicaraan orang-orang di sekitartku. Aku sanggup mendengar suara Ayah yang sedang menelpon, walau Aku berada di dalam kamar. Dikarenakan telepon di kamar tersambung dengan telepon utama. Bila benar-benar telah kehilangan suara, kenapa Ayah dan Ibu masih bisa mengerti apa yang sedang Aku katakan. Lantas Aku sendiri tidak mampu mendengarkan suaraku.

Lantas apa ini?

No comments

Post a Comment

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes