Friday, 13 March 2015

Masihkah Kau menulis bunyi dan sunyi





hujan turun,
orang-orang menepi ke toko-toko pinggir jalan
bunga eforbia ditinggalkan
telah basah, hujan.

lubang-lubang di jalan mengendap air
kodok bermain air
roda becak tenggelam di lubang air
kasihan sekali abang.

di kotaku ini
hujan sedang turun
polusi cahaya tak lagi nampak
pada pandangku.

apa kabar kotamu?

yang jauh sekali
menyeberangi lautan
lembah yang asing
dan puisi-puisi yang kau inginkan.


pohon cemara,
rembulan bersembunyi malu, dari balik pepohonan
kabut mulai turun selembut kapas di wajahmu
bagaimana kabarmu? yang manis.


Dita Yuliartha, kau pernah berbicara
bahwa cita-citamu menulis
menulis segala puisi dan sunyi
di tubuhmu.









No comments

Post a Comment

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes