Saturday, 6 December 2014

Gulali di kotamu, dan seekor kupu



dari puisiku;
jarak dan beberapa sajak
aku tinggal dan ku puisikan sendiri,
dengan beberapa pagi yang aku telusuri

sepasang anak kecil, berlari
mengejar gulali gulali
yang membuatnya bahagia

hari itu terlalu pagi,
aku ingin menjadi periang untukmu
seperti gulali yang siap melubangkan gigi

pukul empat belas tiga puluh, sore tadi
bibir seorang perempuan
melintas jendela jendela
tempatku bernaung kepadamu

aku ingin menjadi lirik lirik lagu romantis
yang bisa hidup di kepalamu
di kota tempatmu tinggal
pesawat kecil terbang diatas atap rumahmu

tiba tiba seekor kupu jatuh, dari lebat rambutmu
bahkan pada tidurmu
aku temukan kau yang periang
seperti cakrawala kecil di wajahmu

sejak saat itu
diriku ingin menjadi seekor kupu kupu yang siap kau tunggangi
punggung luasku selalu siap menerima hempasan dudukmu
untuk beribu-ribu kali
jika kau ingin

Melalui puisi:
aku tak pernah berhenti untuk mencintaimu, seperti Tuhan menjatuhkan gerimis dengan tiba-tiba.

-ns-

4 comments

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes