Wednesday, 10 September 2014

Perayaan kecil di Pelabuhan



pelabuhan di matamu
perahu-perahu laju perlahan
riak ombak mulai menghantam kepergiannya
senja yang condong, seakan menghisapmu

pesta kepergianmu, tak lagi membekas
hujan membasuhnya dengan sabar
aku masih hafal, aroma tubuhnya
tubuh yang pernah aku rayakan bersama terang rembulan


tak lagi aku menjemput senja,
hangat yang ku cari bukanlah engkau
sementara pada matanya, melahirkan air
sebentuk Puisi, aku tulis


di matamu, aku melukis sebuah senja
tak perlu kau kembali, senja itu tertulis namaku
ketika kau berkedip, puisi lahir di pipimu
menggaris begitu panjang, hingga jatuh di buah dadamu.


sementara, rindu dalam ingatanku?
kau hidup disebuah kota dalam dadaku
kupu-kupu yang sering kau tunggangkan
terbang perlahan menuju pikirku.


Paradoks dalam pikir, aku kembali, dan pulang
kita duduk sejajar saling menyimpulkan senyum
di pigura tua, kita hidup abadi
kepergianmu bukanlah nyata, hanya kesementaraan.

No comments

Post a Comment

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes