Saturday, 9 August 2014

Di ujung dermaga, ada yang belum aku ceritakan kepadamu





Saat itu Aku dan Kamu bertemu di sebuah pelabuhan kecil, kamu yang sedang bermain air, sedangkan Aku sendiri sedang menemani Pamanku memancing. Angin-angin di pelabuhan begitu kencang memainkan jutaan anak rambutmu. Diriku merasa bosan, lalu aku berlari kecil menghampirimu. Aku masih ingat dengan ekspresi wajahmu ketika melihat, Aku datang dengan sengaja, kau kaget. Beberapa menit Aku berkenalan denganmu. Kau gadis pertama yang aku kenal.

Gadis itu bernama Lilliana, kedua bola matanya berwarna biru, seperti air di pelabuhan; jernih. Matahari sore yang begitu Maha membiaskan seluruh air. Tak sengaja cahaya itu memaparkan pada kulit dan wajahmu. Sepasang tanganmu menututupi wajah yang tersilaukan Matahari sore. Burung-burung mulai kembali pulang dari petualangannya melintasi langit.  Aku dan Lilliana melihat sepasang burung yang hinggap pada sebuah ranting, sayap-sayap mereka saling menghangatkan seperti dua sejoli yang sedang jatuh cinta.

“Lilliana, apakah besok kamu kesini lagi ?.”, ucapku.

“iya, saya akan kesini lagi !!!.”

Dengan mobil Bak terbuka, Aku dan Pamanku pulang meninggalkan pelabuhan kecil. Lilliana berlari meninggalkan Pelabuhan. Esok harinya, Aku mengendarai sepedaku menuju Pelabuhan kecil itu. Diriku tak melihat Lilliana duduk di ujung dermaga. Saya hanya melihat seorang Kakek baru saja pulang dari melautnya. 

Berlari kecil Aku menghampiri seorang Kakek diujung dermaga. 

“Kakek, Kakek melihat gadis kecil yang biasa duduk di dermaga ini?.”

“Oh gadis itu, (Lilliana). dia sudah Pindah rumah.”

Kakek itu menyuruhku duduk di ujung dermaga, dermaga yang basah dan bau kayu yang khas, aku menyukainya. 

“Ada Sesuatu disana, adik kecil !!!.”

Aku berjalan menyusuri dermaga dengan perlahan dengan angin laut yang mulai kencang, tiba-tiba Kakek itu berteriakkan sesuatu dari kejauhan.

“Siapa namamu, adik kecil ?.”, teriak dari kejauhan.

“ Antoni.”

Angin-angin di dermaga menyapu teriak suaraku. Aku duduk tepat di ujung dermaga, burung-burung camar masih ada yang mencari ikan-ikan kecil di sisa-sisa sore yang hampir habis. Diriku melihat sebuah ukiran kayu, kayu yang agak lumayan besar, sebagai tempat mengikat tali buat perahu-perahu kecil. 

“Siapa nama kamu?” tulisan yang terukir pada kayu.

Aku lupa memberi tahu siapa namaku?. Setidaknya Aku tau siapa namamu.

Semoga kita dipertemukan kembali pada ujung dermaga yang lain.

Pertanda Antoni.

Sumber Gambar:
http://imgfave.com/view/1650769
http://livingembellished.blogspot.com/2010_12_01_archive.html

No comments

Post a Comment

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes