Barangkali ini sebuah cerita yang tidak biasa dan
tidak perlu dipercaya sebab kepercayaan adalah hak segala diri sendiri, apakah
kau percaya? Jika Kakekku seorang laki-laki. Bila percaya kau akan menyesal
ketika mendengarkan cerita yang tidak biasa ini. Sekali lagi aku ingin bertanya
kepadamu, apakah kau dapat menjadi tua tanpa perlu merayakan ulang tahun? Pasti
kau akan meragukan pertanyaanku dan sedikit tertawa lalu bertanya.
Badai besar menerjang lautan dan seluruh daratan
termasuk rumahku. Kulihat seekor kucing menerjang badai dengan berjalan mundur,
seakan-akan kucing itu sedang meledek badai dengan pantatnya. Di tepi jendela
aku tidak menemukan apa-apa selain badai dan seekor kucing, aku ingin menjadi
seekor kucing yang berjalan mundur, barangkali itu sebuah aksi protes dalam dunia
perkucingan.
Ayahku dari balik tembok ruang tamu sedang
mendengarkan Bob Dylan yang menurutku sangat tidak pantas ketika seekor kucing
sedang melakukan aksi protes terhadap badai malam ini. Apalagi ibuku yang juga
sedang melakukan aksi protes melawan badai dengan memilih tidur sepanjang
waktu. Keanehan-anehan mulai terasa sejak berpindah ke rumah yang berlokasi di
jalan Budi Utomo, nomor 30. Keanehan pertama menimpa hewan perliharanku yang bernama
XYZ, juga biasa dipangil ABC.
ABC atau XYZ ini hewan keturunan film Tom and Jeery,
namun ia sangat tidak gentel dan seekor anjing yang pemalas. Suatu siang ABC
bertingkah aneh, berguling-guling di lantai dan mengeong seperti kucing. Sejak
saat itu ABC bukanlah seekor anjing lagi, ia sudah menjadi seekor kucing yang
gentel. ABC tidak pernah menetap di dalam rumah, terkadang ia di atas pohon, di
atap rumah atau di tembok halaman rumah. Bagiku sangatlah wajar karena ia bukan
lagi seekor anjing, sedangkan pandangan orang yang melintasi depan rumahku akan
merasa aneh melihat seekor anjing bulldog yang tertidur di atas pohon, di atap
rumah dan di atas tembok halaman rumah.
Rasanya aku ingin membuka pertunjukan hewan teraneh
dengan judul ‘Anjingku, kucingku’ namun ABC selalu menghilang entah ke mana.
Hingga badai ini terjadi ia belum pulang. Kira-kira ia sudah satu minggu tidak
pernah pulang ke rumah. Barangkali, ABC sudah dipenggal oleh Johnnie Walker
atau bertemu dengan Kafka Tamura atau juga sudah bertemu Kakek Nakata. Entahlah
ia pergi ke mana. Barangkali sudah di bawa oleh supir truk yang mengantar Kakek
Nakata mencari batu.
Apakah aku harus bertemu Murakami di jepang dan
mengenalkan kedua orang tuaku yang aneh. Apakah aku harus bertemu Sakura supaya
ia mengocokan kemaluanku biar aku merasa tenang.
Setelah keanehan pertama terjadi dan menghilangkan seekor
anjing kucing peliharanku. Beberapa bulan bulan kemudian keanehan itu terulang
kembali, kali ini yang tertimpa keanehan itu ayahku sendiri. Suatau malam
ayahku sedang asik membaca koran dengan rokok yang dibiarkan menyala di
pinggiran asbak. Ayahku tertidur sekitar sepuluh menit, dan ketika terbangun
kulihat mimik wajahnya berbeda dan merasa linglung. Ayah berjalan mendekatiku,
dan bertanya menggunakan bahasa inggris, rasanya ia seperti orang yang sedang
tersesat. Aku menenangkannya, tetapi sosok lain di tubuh ayahku terus bertanya
menggunakan bahasa inggris.
‘Siapa namamu?’ tanyaku dengan bahasa inggris. ‘Saya?
Hey, nak kau tidak menggenal saya. Jawabnya dengan ketawa meremehkan. ‘Memang
kau siapa?’ kutanya kembali dengan penuh penasaran. ‘Saya Bob!’ Jawabnya. ‘Bob?
Siapa?’ Aku hanya membatin ‘Bob! Bob Dylan’ Ia mengecupkan nama itu. Oh! Shit!
Bob Dylan. Aku hanya bengong dan bertanya kabar tentang Joaz Baez kepadanya.
Sejak itu ayahku yang bernama Suprianto, menjadi Bob
Dylan yang pintar bermain gitar dan bersuara pas-pasan. Bukannya aku tidak
menyukai suara Bob Dylan, tetapi tetap saja yang bernyanyi adalah suprianto,
suami dari ibuku.
Aku mulai mengenal Bob Dylan di dalam diri Ayahku.
Karena Ayahku, Bob Dylan.
Ayahku, Bob Dylanku.
Selang berapa lama Ibuku tertimpa keanehan,
tiba-tiba ia menjadi pemalas, terkadang ia melontarkan lelucon yang garing dan sebagian
waktunya dihabiskan dengan tertidur.
Sejak keanehan-keanehan itu rumah ini berasa asing
dan tidak saling kenal. Ayahku selalu di dalam kamar membuat lagu dan bermain
gitar. Ibuku hanya tidur-tiduran dan membuat lelucon garing.
Akhirnya setelah kakeku menerima kabar tentang
keanehan kenanehan rumah ini. Kakeku akan datang dari tempat yang sangat jauh.
Beberapa hari kemudian ada seorang perempuan beridiri di depan pintu rumahku. ‘Maaf
anda siapa ya?’ Tanyaku. ‘Aku Kakek, kau telah mengirim surat inikan’ jawabnya
sambil menunjukan selembar surat yang kutulis. Ternyata Kakekku seorang perempuan.
Ia bernama panjang Kakek Putriana. Gadis dengan tubuh sintal dan berpayudara
berukuran cukup lumayan besar. Ia adalah budeku, satu-satunya alamat yang
tertulis di buku catatan milik ayah dan ibu.
Aku merasa tua akan ini dan akan itu. Kakeku
ternyata perempuan. Ayahku ternyata Bob Dylan. Ibuku ternyata Komedian yang
gagal dan Anjing kucing peliharanku melahirkan dua puluh anak blasteran anjing
dan kucing.
Aku curiga sama kecurigaan.
No comments
Post a Comment