Friday, 9 September 2016

ANJING KUCINGKU DAN BOB DYLAN


Barangkali ini sebuah cerita yang tidak biasa dan tidak perlu dipercaya sebab kepercayaan adalah hak segala diri sendiri, apakah kau percaya? Jika Kakekku seorang laki-laki. Bila percaya kau akan menyesal ketika mendengarkan cerita yang tidak biasa ini. Sekali lagi aku ingin bertanya kepadamu, apakah kau dapat menjadi tua tanpa perlu merayakan ulang tahun? Pasti kau akan meragukan pertanyaanku dan sedikit tertawa lalu bertanya.
Badai besar menerjang lautan dan seluruh daratan termasuk rumahku. Kulihat seekor kucing menerjang badai dengan berjalan mundur, seakan-akan kucing itu sedang meledek badai dengan pantatnya. Di tepi jendela aku tidak menemukan apa-apa selain badai dan seekor kucing, aku ingin menjadi seekor kucing yang berjalan mundur, barangkali itu sebuah aksi protes dalam dunia perkucingan.
Ayahku dari balik tembok ruang tamu sedang mendengarkan Bob Dylan yang menurutku sangat tidak pantas ketika seekor kucing sedang melakukan aksi protes terhadap badai malam ini. Apalagi ibuku yang juga sedang melakukan aksi protes melawan badai dengan memilih tidur sepanjang waktu. Keanehan-anehan mulai terasa sejak berpindah ke rumah yang berlokasi di jalan Budi Utomo, nomor 30. Keanehan pertama menimpa hewan perliharanku yang bernama XYZ, juga biasa dipangil ABC.
ABC atau XYZ ini hewan keturunan film Tom and Jeery, namun ia sangat tidak gentel dan seekor anjing yang pemalas. Suatu siang ABC bertingkah aneh, berguling-guling di lantai dan mengeong seperti kucing. Sejak saat itu ABC bukanlah seekor anjing lagi, ia sudah menjadi seekor kucing yang gentel. ABC tidak pernah menetap di dalam rumah, terkadang ia di atas pohon, di atap rumah atau di tembok halaman rumah. Bagiku sangatlah wajar karena ia bukan lagi seekor anjing, sedangkan pandangan orang yang melintasi depan rumahku akan merasa aneh melihat seekor anjing bulldog yang tertidur di atas pohon, di atap rumah dan di atas tembok halaman rumah.
Rasanya aku ingin membuka pertunjukan hewan teraneh dengan judul ‘Anjingku, kucingku’ namun ABC selalu menghilang entah ke mana. Hingga badai ini terjadi ia belum pulang. Kira-kira ia sudah satu minggu tidak pernah pulang ke rumah. Barangkali, ABC sudah dipenggal oleh Johnnie Walker atau bertemu dengan Kafka Tamura atau juga sudah bertemu Kakek Nakata. Entahlah ia pergi ke mana. Barangkali sudah di bawa oleh supir truk yang mengantar Kakek Nakata mencari batu.
Apakah aku harus bertemu Murakami di jepang dan mengenalkan kedua orang tuaku yang aneh. Apakah aku harus bertemu Sakura supaya ia mengocokan kemaluanku biar aku merasa tenang.
Setelah keanehan pertama terjadi dan menghilangkan seekor anjing kucing peliharanku. Beberapa bulan bulan kemudian keanehan itu terulang kembali, kali ini yang tertimpa keanehan itu ayahku sendiri. Suatau malam ayahku sedang asik membaca koran dengan rokok yang dibiarkan menyala di pinggiran asbak. Ayahku tertidur sekitar sepuluh menit, dan ketika terbangun kulihat mimik wajahnya berbeda dan merasa linglung. Ayah berjalan mendekatiku, dan bertanya menggunakan bahasa inggris, rasanya ia seperti orang yang sedang tersesat. Aku menenangkannya, tetapi sosok lain di tubuh ayahku terus bertanya menggunakan bahasa inggris.
‘Siapa namamu?’ tanyaku dengan bahasa inggris. ‘Saya? Hey, nak kau tidak menggenal saya. Jawabnya dengan ketawa meremehkan. ‘Memang kau siapa?’ kutanya kembali dengan penuh penasaran. ‘Saya Bob!’ Jawabnya. ‘Bob? Siapa?’ Aku hanya membatin ‘Bob! Bob Dylan’ Ia mengecupkan nama itu. Oh! Shit! Bob Dylan. Aku hanya bengong dan bertanya kabar tentang Joaz Baez kepadanya.
Sejak itu ayahku yang bernama Suprianto, menjadi Bob Dylan yang pintar bermain gitar dan bersuara pas-pasan. Bukannya aku tidak menyukai suara Bob Dylan, tetapi tetap saja yang bernyanyi adalah suprianto, suami dari ibuku.
Aku mulai mengenal Bob Dylan di dalam diri Ayahku. Karena Ayahku, Bob Dylan.
Ayahku, Bob Dylanku.
Selang berapa lama Ibuku tertimpa keanehan, tiba-tiba ia menjadi pemalas, terkadang ia melontarkan lelucon yang garing dan sebagian waktunya dihabiskan dengan tertidur.
Sejak keanehan-keanehan itu rumah ini berasa asing dan tidak saling kenal. Ayahku selalu di dalam kamar membuat lagu dan bermain gitar. Ibuku hanya tidur-tiduran dan membuat lelucon garing.
Akhirnya setelah kakeku menerima kabar tentang keanehan kenanehan rumah ini. Kakeku akan datang dari tempat yang sangat jauh. Beberapa hari kemudian ada seorang perempuan beridiri di depan pintu rumahku. ‘Maaf anda siapa ya?’ Tanyaku. ‘Aku Kakek, kau telah mengirim surat inikan’ jawabnya sambil menunjukan selembar surat yang kutulis. Ternyata Kakekku seorang perempuan. Ia bernama panjang Kakek Putriana. Gadis dengan tubuh sintal dan berpayudara berukuran cukup lumayan besar. Ia adalah budeku, satu-satunya alamat yang tertulis di buku catatan milik ayah dan ibu.
Aku merasa tua akan ini dan akan itu. Kakeku ternyata perempuan. Ayahku ternyata Bob Dylan. Ibuku ternyata Komedian yang gagal dan Anjing kucing peliharanku melahirkan dua puluh anak blasteran anjing dan kucing.

Aku curiga sama kecurigaan.

No comments

Post a Comment

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes