Jalan di sana masih
terlihat ramai.
Malam terlihat tegak.
Di antara purnama,
dan kota:
yang cemas.
Pinggir jalan bukan
lagi sorga.
Bagi para musafir.
Sepanjang trotoar
orang-orang
Tidur dan tenggelam
Kepada angin.
Adzan.
Bergema di kota tua.
Pendoa-pendoa yang baik:
Berdoa untuk dirinya
Sendiri.
Di kota ini.
Aku tersesat.
Aku di mana?
Aku kehilangan.
Tuhan menghilangkan
waktu.
Orang-orang tak lagi
pandai berhitung.
Aku segera menyusun
angka-angkanya,
sebelum ibu tiba.
Bulan memerah.
Kabut pelan-pelan,
menggantung:
Di antara punggungmu.
di tepi itu.
Ingin kulindungi
dirimu,
dari angin malam.
Yang memangkas
kesehatanmu.
Baginyalah aku datang.
Dengan gemetar.
Yang begitu terlalu.
Pernah terbayang, aku
ingin menjadi angin.
Menerbangkanmu,
ke sorga.
Bertahun-tahun, mataku,
menjadi bulan.
Melihat orang-orang
Berselimutkan angin.
Ia hanya perempuan
yang mencari kakinya.
Setelah berjalan salah,
memperbaiki:
Kerugian.
waktu itu.
Tidak ada nyala lampu.
Matamu menjadi bulan.
Seperti mataku.
Melihat-melihat:
Orang-orang tersesat.
Doa ditegakkan.
Kepada hati yang sedih.
Di antara dingin
Di antara lalu.
Banyak sekali kerugian.
Kota ini.
No comments
Post a Comment