Wednesday, 18 February 2015

Des




“Apakah perlu sepagi ini aku kecup keningmu? Supaya kepergian ini tak begitu meyedihkan.” Des, sejujurnya aku tak mau seperti ini. Apakah ada kepergian yang tak mengharukan? Kita telah saling jatuh cinta pada masing-masing hati.
Hati kita sendiri. Aku dan kau sudah lama belajar tentang perjuangan, tetapi kita tak benar-benar saling mencintai. Des, mungkin kau tak pernah yakin kepadaku. Sampai kau jatuh cinta kepada lelaki lain, yang aku tak pernah tau. Sampai pada suatu sore, kau mematahkan seluruhnya.

        Des, apakah kau masih mencintaiku? berhentilah menangis, Des. Kali ini taka da yang perlu disalahkan. Aku paham, ini bukan salahku, juga bukan salahmu. Sepantarnya kita tak yakin saling jatuh cinta. Sampai salah satu dari kita menjatuhkan cinta kepada orang lain. Ketika orang yang saling jatuh cinta lalu saling memisahkan, sejujurnya masih saling mencintai. Tetapi keyakinan untuk memiliki tak seperti dahulu. Sakit atau tidaknya perpisahan yang mengharukan itu perlu.

        Tuhan begitu baik memepertemukan kita. Di antara kita saling menjatuhkancintakan dan memisahkan. Sampai belum sempat memiliki. Bahagialah, Des. Sesungguhnya kita pernah saling merahasiakan dan diam-diam. Berpura-puralah bahagia, supaya Tuhan bahagia terhadap kita.


Cerita ini telah dimuat Majalah Beware Magazine, pada bulan Oktober 2014.

2 comments

  1. Kenapa harus berpura-pura bahagia? :(


    http://www.cewealpukat.me/

    ReplyDelete
    Replies
    1. lebih baik berpura-pura bahagia daripada berlarut-larut dikesedihan. dan kita bersyukur.

      Delete

© Okdiyan Artha Kusuma | @nebulasenja
Maira Gall
| Published By Kaizen Template | GWFL | KThemes